Formal
leader – sejenak yang terbersit ketika mendengar kata formal leader adalah
pemimpin dalam organisasi yang resmi, ketua OSIS, ketua BEM, ketua himpunan
mahasiswa dan lain sebagainya. Sedangkan informal leader sering dianggap
sebagai orang yang berpengaruh dalam suatu komunitas atau populasi manusia.
Formal leader dan informal leader saat ini memiliki kesetaraan tempat dan
kedudukan bahkan di beberapa kasus sering mengalami pergeseran – pergeseran
tertentu yang membuat salah satu diantara keduanya memiliki kedudukan yang agak
berbeda.
Informal
leader meskipun sering dianggap sebelah mata namun sebenarnya memiliki konsep
dan pengaruh yang cukup kuat. Bagaimana tidak? Informal leader (IL) memiliki
pengaruh bagi masyarakat di sekitarnya. Biasanya IL ini memiliki idealisme –
idealisme tertentu yang sering ia bicarakan dan sebisa mungkin ia tularkan
kepada orang – orang disekitarnya. IL sering menganggap dirinya memiliki suatu
kewajiban khusus untuk memperbaiki kondisi lingkungannya ke arah yang lebih
baik, namun di sisi lain ia tidak mau atau pun tidak berkesempatan untuk
mengampu sebuah wewenang khusus secara formal. IL biasanya adalah orang yang
bergerak dan bekerja dengan hatinya dan memiliki beban moral untuk membawa
lingkungannya ke arah yang lebih baik.
Sebagai
contohnya, seorang mahasiswa di salah satu PTS Indonesia. Ia terlahir dengan
kondisi keluarga yang kurang kondusif. Tetapi ia bukanlah orang yang pasrah dan
lalu menyerah pada kenyataan. Bukan lingkungan keluarga yang membentuk dirinya,
tetapi lingkungan eksternalnya lah yang telah membentuk dan menggembleng
dirinya. Ia termasuk siswa yang supel dan mudah bergaul dengan siapa saja.
Dengan dosen - dosen pun sebisa mungkin ia dekat dan menjadi sosok yang disenangi
olah dosen lantaran nilai – nilainya yang tidak pernah mendapakan angka yang
mengecewakan. Ia memiliki visi yang jauh ke depan, ia sangat prihatn dengan
kondisi teman – temannya yang masih banyak kesulitan dalam dunia organisasi
maupun dalam dunia akademiknya.
Perlahan
– lahan ia banyak bertukar pikiran dengan beberapa dosen dan juga mahasiswa
lain yang ia anggap memiliki visi dan cara pandang serta pemikiran yang sejalan
dengannya. Sedikit demi sedikit ia dorong teman – temannya untuk aktif
berorganisasi dan meningkatkan keaktifan dalam pendidikan di kampus maupun
kegiatan – kegiatan kompetisi eksternal kampus. Alhasil, ia berhasil dan
semakin lama membuat sekolahnya semakin berwarna. Ia mendapatkan kepuasan tersendiri dan saat ia ditawari untuk menjadi
pengurus BEM, ia menolaknya dengan halus.
Ini
adalah contoh IL yang ada di dunia pendidikan yang mana IL tersebut dapat
mewarnai kehidupan dan lingkungannya dengan warna yang positif tanpa bersedia
mendapatkan jabatan dan kedudukan. IL tersebut melakukan semua semata – mata
karena keprihatinan dan kesadaran dirinya untuk memperbaiki kondisi
lingkungannya. Namun sayangnya, IL ini tidak melalui jalur formal sehingga jika
dilihat secara kulitnya saja, seorang IL dapat dianggap mengkerdilkan peranan
formal leader yang ada di lingkungannya.
Informal
leader tidak hanya ada di ranah yang serius dan perlu memeras otan. Ada juga
sosok IL di dunia fashion, yakni orang yang biasanya adalah kaum hawa yang
selalu saja mencoba hal – hal baru dalam penampilannya. Setiap hari selalu saja
penampilannya harus berbeda dan menjadi hal yang haram jika ia menggunakan
penampilan yang sama seperti hari sebelumnya, IL dengan tipe ini tidak terlepas
dari segala daya dan upaya agar penampilannya selalu terlihat baru dan menarik.
IL dengan tipe ini pun tidak segan – segan menghabislan banyak rupiah di salon
atau pun di pusat – pusat perbelanjaan fashion. IL fashion ini sedikit banyak
juga memberikan pengaruh pada lingkungan sekitarnya. Orang – uarang yang
melihat IL ini akan mengomentari penampilannya setiap hari dan ada juga yang
termotivasi untuk mengikuti gaya – gaya serta penampilan sang IL.
Formal
leader selaku orang yang memiliki kedudukan dan kewenangan yang tegas dan pasti
bahkan memiliki beberapa hak prerogatif, terkadang menjadi posisi yang disalah
fungsikan oleh oknum – oknum tertentu. Contohnya saja, ada orang yang mengicar
posisi formal leader (FL) sebagai tempat untuk mencari popularitas, mencari
pengaruh bahkan mencari kekayaan. Formal leader seharusnya menjadi the real real
leader karena FL memiliki pengaruh, kedudukan dan juga kewenangan yang sah. FL
ini merupakan sosok yang dapat membuat kebijakan – kebijakan yang dapat
dipertanggungjawabkan dan dapat dipercaya.
Formal
leader memiliki posisi penting dan vital dalam suatu organisasi yang hendaknya
ia optimalkan sebisa mungkin untuk memaslahatan dan kemanfaatan bersama. FL
haru menjadi orang yang tangguh, kuat, gagah berani membela hal – hal yang keliru namun tetap merakyat
dan dekat dengan orang – orang yang ada di lingkungan sekitarnya. Saking
banyaknya amanah dan tanggung jawab seorang FL, mungkin ia akan melupakan
kebutuhan – kebutuhan dirinya seperti kebutuhan untuk menjaga penampilannya.
Namun seorang FL tidak lantas dibenarkan
jika berpenampilan seadanya, jarang mandi, acak – acakan maupun pakaian
yang tidak pernah diganti. Walaupun tanggung jawab seorang FL sedemikian
besarnya, ia tetap harus menampilakn dirinya sebagai pribadi yang terbaik agar
orang menjadi yakin terhadap kinerjanya.
Sayang
sekali di jaman sekarang ini sulit menemui FL yang memang menempatkan posisi
dirinya sebagai FL yang profesional. Dalam cakupan yang sempit, FL seringkali
digunakan sebagai ajang untuk memperoleh popularitas dan gengsi karena orang –
orang dalam organisasi yang ia pimpin sering mencari – cari keberadaan dirinya
untuk mendapatkan tanda tangannya. Dalam cakupan yang lebih luas, FL seringkali
digunakan sebagai sarana untuk mencari kekayaan dengan jalan – jalan yang abu –
abu. FL yang mencalonkan diri sering kali tidak menimbang kapasitas dirinya
sedangkan FL yang dicalonkan sering kali hanya karena dipandang tidak ada orang
lain yang lebih baik.
Tidak
hanya IL saja, FL pun tetap dituntut untuk bekerja dari hati dengan menggunakan
pikiran dan pemikiran cemerlangnya. Pada dasarnya ketika menjadi seorang leader
berarti harus siap rugi waktu, rugi tenaga, rugi pikiran dan kadang – kadang
bahkan rugi biaya. Pemimpin yang profesional dan memiliki integritas dituntut
untuk bekerja dari hati dengan penuh pengabdian karena pada dasarnya pemimpin
adalah para pengabdi yang meniliki satu tekad dan tujuan untuk menjadikan
lingkungannya lebih baik entah itu IL mapun FL. Dan kembali lagi, IL serta FL
dalam sebuah institusi memiliki sebuah tugas yang sudah menjadi kepastian yakni
menjadi suri tauladan yang baik.
So,
mau jadi IL maupun FL sama saja. Yang pasti jadilah IL atau FL yang profesional
dan yang paling penting adalah menjadi manusia yang paling bermanfaat untuk
lingkungan.
Yogyakarta, 28 Juli 2012
Tidak ada komentar:
Posting Komentar