Jumat, 03 Agustus 2012

Formal leader and Informal Leader




Formal leader – sejenak yang terbersit ketika mendengar kata formal leader adalah pemimpin dalam organisasi yang resmi, ketua OSIS, ketua BEM, ketua himpunan mahasiswa dan lain sebagainya. Sedangkan informal leader sering dianggap sebagai orang yang berpengaruh dalam suatu komunitas atau populasi manusia. Formal leader dan informal leader saat ini memiliki kesetaraan tempat dan kedudukan bahkan di beberapa kasus sering mengalami pergeseran – pergeseran tertentu yang membuat salah satu diantara keduanya memiliki kedudukan yang agak berbeda.
Informal leader meskipun sering dianggap sebelah mata namun sebenarnya memiliki konsep dan pengaruh yang cukup kuat. Bagaimana tidak? Informal leader (IL) memiliki pengaruh bagi masyarakat di sekitarnya. Biasanya IL ini memiliki idealisme – idealisme tertentu yang sering ia bicarakan dan sebisa mungkin ia tularkan kepada orang – orang disekitarnya. IL sering menganggap dirinya memiliki suatu kewajiban khusus untuk memperbaiki kondisi lingkungannya ke arah yang lebih baik, namun di sisi lain ia tidak mau atau pun tidak berkesempatan untuk mengampu sebuah wewenang khusus secara formal. IL biasanya adalah orang yang bergerak dan bekerja dengan hatinya dan memiliki beban moral untuk membawa lingkungannya ke arah yang lebih baik.


Sebagai contohnya, seorang mahasiswa di salah satu PTS Indonesia. Ia terlahir dengan kondisi keluarga yang kurang kondusif. Tetapi ia bukanlah orang yang pasrah dan lalu menyerah pada kenyataan. Bukan lingkungan keluarga yang membentuk dirinya, tetapi lingkungan eksternalnya lah yang telah membentuk dan menggembleng dirinya. Ia termasuk siswa yang supel dan mudah bergaul dengan siapa saja. Dengan dosen - dosen pun sebisa mungkin ia dekat dan menjadi sosok yang disenangi olah dosen lantaran nilai – nilainya yang tidak pernah mendapakan angka yang mengecewakan. Ia memiliki visi yang jauh ke depan, ia sangat prihatn dengan kondisi teman – temannya yang masih banyak kesulitan dalam dunia organisasi maupun dalam dunia akademiknya.
Perlahan – lahan ia banyak bertukar pikiran dengan beberapa dosen dan juga mahasiswa lain yang ia anggap memiliki visi dan cara pandang serta pemikiran yang sejalan dengannya. Sedikit demi sedikit ia dorong teman – temannya untuk aktif berorganisasi dan meningkatkan keaktifan dalam pendidikan di kampus maupun kegiatan – kegiatan kompetisi eksternal kampus. Alhasil, ia berhasil dan semakin lama membuat sekolahnya semakin berwarna. Ia mendapatkan kepuasan  tersendiri dan saat ia ditawari untuk menjadi pengurus BEM, ia menolaknya dengan halus.
Ini adalah contoh IL yang ada di dunia pendidikan yang mana IL tersebut dapat mewarnai kehidupan dan lingkungannya dengan warna yang positif tanpa bersedia mendapatkan jabatan dan kedudukan. IL tersebut melakukan semua semata – mata karena keprihatinan dan kesadaran dirinya untuk memperbaiki kondisi lingkungannya. Namun sayangnya, IL ini tidak melalui jalur formal sehingga jika dilihat secara kulitnya saja, seorang IL dapat dianggap mengkerdilkan peranan formal leader yang ada di lingkungannya.
Informal leader tidak hanya ada di ranah yang serius dan perlu memeras otan. Ada juga sosok IL di dunia fashion, yakni orang yang biasanya adalah kaum hawa yang selalu saja mencoba hal – hal baru dalam penampilannya. Setiap hari selalu saja penampilannya harus berbeda dan menjadi hal yang haram jika ia menggunakan penampilan yang sama seperti hari sebelumnya, IL dengan tipe ini tidak terlepas dari segala daya dan upaya agar penampilannya selalu terlihat baru dan menarik. IL dengan tipe ini pun tidak segan – segan menghabislan banyak rupiah di salon atau pun di pusat – pusat perbelanjaan fashion. IL fashion ini sedikit banyak juga memberikan pengaruh pada lingkungan sekitarnya. Orang – uarang yang melihat IL ini akan mengomentari penampilannya setiap hari dan ada juga yang termotivasi untuk mengikuti gaya – gaya serta penampilan sang IL.
Formal leader selaku orang yang memiliki kedudukan dan kewenangan yang tegas dan pasti bahkan memiliki beberapa hak prerogatif, terkadang menjadi posisi yang disalah fungsikan oleh oknum – oknum tertentu. Contohnya saja, ada orang yang mengicar posisi formal leader (FL) sebagai tempat untuk mencari popularitas, mencari pengaruh bahkan mencari kekayaan. Formal leader seharusnya menjadi the real real leader karena FL memiliki pengaruh, kedudukan dan juga kewenangan yang sah. FL ini merupakan sosok yang dapat membuat kebijakan – kebijakan yang dapat dipertanggungjawabkan dan dapat dipercaya.
Formal leader memiliki posisi penting dan vital dalam suatu organisasi yang hendaknya ia optimalkan sebisa mungkin untuk memaslahatan dan kemanfaatan bersama. FL haru menjadi orang yang tangguh, kuat, gagah berani membela  hal – hal yang keliru namun tetap merakyat dan dekat dengan orang – orang yang ada di lingkungan sekitarnya. Saking banyaknya amanah dan tanggung jawab seorang FL, mungkin ia akan melupakan kebutuhan – kebutuhan dirinya seperti kebutuhan untuk menjaga penampilannya. Namun seorang FL tidak lantas dibenarkan  jika berpenampilan seadanya, jarang mandi, acak – acakan maupun pakaian yang tidak pernah diganti. Walaupun tanggung jawab seorang FL sedemikian besarnya, ia tetap harus menampilakn dirinya sebagai pribadi yang terbaik agar orang menjadi yakin terhadap kinerjanya.
Sayang sekali di jaman sekarang ini sulit menemui FL yang memang menempatkan posisi dirinya sebagai FL yang profesional. Dalam cakupan yang sempit, FL seringkali digunakan sebagai ajang untuk memperoleh popularitas dan gengsi karena orang – orang dalam organisasi yang ia pimpin sering mencari – cari keberadaan dirinya untuk mendapatkan tanda tangannya. Dalam cakupan yang lebih luas, FL seringkali digunakan sebagai sarana untuk mencari kekayaan dengan jalan – jalan yang abu – abu. FL yang mencalonkan diri sering kali tidak menimbang kapasitas dirinya sedangkan FL yang dicalonkan sering kali hanya karena dipandang tidak ada orang lain yang lebih baik.
Tidak hanya IL saja, FL pun tetap dituntut untuk bekerja dari hati dengan menggunakan pikiran dan pemikiran cemerlangnya. Pada dasarnya ketika menjadi seorang leader berarti harus siap rugi waktu, rugi tenaga, rugi pikiran dan kadang – kadang bahkan rugi biaya. Pemimpin yang profesional dan memiliki integritas dituntut untuk bekerja dari hati dengan penuh pengabdian karena pada dasarnya pemimpin adalah para pengabdi yang meniliki satu tekad dan tujuan untuk menjadikan lingkungannya lebih baik entah itu IL mapun FL. Dan kembali lagi, IL serta FL dalam sebuah institusi memiliki sebuah tugas yang sudah menjadi kepastian yakni menjadi suri tauladan yang baik.
So, mau jadi IL maupun FL sama saja. Yang pasti jadilah IL atau FL yang profesional dan yang paling penting adalah menjadi manusia yang paling bermanfaat untuk lingkungan.


Yogyakarta, 28 Juli 2012

Tidak ada komentar:

Posting Komentar