Sabtu, 14 April 2012

3 LAKON 1 PANGGUNG

Akhirnya tubuhku berontak.. pening yang ku rasakan sejak pagi mungkin hasil yang ku peroleh seelah satu minggu tidak beristirahat dengan cukup.. yaaa.... seperti ini lah. Kehidupan dengan 3 peran dalam satu panggung sudah ku pilih dan ku jalani. Tentu saja aku tau semua konsekuensi yang timbul dari pilihanku ini..
Aku – Tenaga Penyuluh Lapangan
Aku telahir di Yogyakarta. Aku dibesarkan di kota yang penuh dengan nilai – nilai budaya serta pendidikan ini. Selama 17 tahun aku menghirup udara Yogyakarta. Hingga akhirnya aku memperoleh beasiswa D3 dan harus menetap 3 tahun di Bogor. Aku tidak pernah menyangka semua berjalan begitu cepat hingga akhirnya aku lulus dengan menyandang predikat lulusan terbaik. Rasa bangga dan haru mengakhiri kisah perjalanan pendidikanku di kota hujan itu.


Nasib baik dan keberuntungan rasanya memang selalu berada di pihakku. Selesai pendidikan, aku langsung ditugaskan sebagai tenaga penyuluh lapangan dengan tugas pokok sebagai pendamping industri kecil dan menengah di provinsi DI. Yogyakarta. Mengawali tugasku, aku mulai berkeliling dari satu sentra ke sentra yang lain. Tenun lurik, kerajinan bambu, anyaman kepang, kerajinan kuningan, gudeg dan batik adalah produk – produk sentra IKM yang harus ku dampingi selama 2 tahun.
Memang tidak mudah menjadi pendamping untuk IKM. Banyak permasalahan yang aku sendiri tidak tahu bagaimana cara penyelesaiannya. Terkadang aku pun bingung. Di satu sisi, aku harus secara rutin datang ke sentra – sentra IKM tapi di sisi lain, aku juga tidak tahu apa yang harus ku kerjakan di sana. Tiga bulan kini tugasku telah berlalu. Saat ini memasuki bulan keempat dan aku harus mulai melakukan penerapan perbaikan dan pemecahan masalah yang dihadapi oleh IKM yang aku dampingi. Namun rasa gamang dan bimbang merasuk mewarnai hari – hariku. Aku belum mendapatkan kemantapan hati untuk memulai pelaksanaannya. Aku merasa belum bisa mendapatkan sistematika pelaksanaanya. Ya.. memenag seharusnya itu lah yang aku buat. Dan hari ini. Aku berhenti sejenak dari aktifitasku untuk menyusun semua secara sistematis hingga aku dapat dengan mudah memulainya.
Aku – Pebisnis
Hari – hariku terasa sepi dan sangat membosankan. Setelah 1 bulan dari kelulusanku. Aku mulai merasa seperti manusia yang tidak berguna karena tidak ada satu hal pun yang bisa aku lakukan. Memang aku sudah ditugaskan untuk menjadi tenaga penyuluh lapangan sebagai pendamping IKM namun tugas itu baru ku jalani secara resmi di awal tahun 2012. Itu artinya, satu bulan lagi ku akan menyandang gelar pengangguran. Sungguh sangat tidak menyenangkan.
Sepertinya hari – hari ku akan berubah setelah dengan keisengan aku datangi sebuah pameran di sudut malioboro. Pameran itu adalah pameran untuk IKM. Aku menemukan sebuah IKM yang memproduksi tas vinil dengan harga yang menurutku sangat terjangkau. Setelah ku lihat – lihat, kualitasnya juga cukup bagus. Setelah meminta ijin, aku mulai beraksi memotret setiap tas yang dipamerkan. Hingga malam harinya aku upload ke sebuah jejaring sosial. Tanpa disangka ada orang yang berniat membeli produk tas yang aku upload. Dari situ lah kehidupanku mulai berubah. Satu demi satu pesanan demi pesanan mulai berdatangan. Dan itulah yang menjadi jalan rejeki untukku. Bahkan setelah aku bekerja 3 bulan dan belum mendapatkan honor, keuntungan dari tas ini lah yang menjadi uang saku dan mendanai kegiatan operasionalku.
Namun, aktifitasku ternyata mendapatkan banyak permasalahan juga. Lama kelamaan produksi tas pengrajin itu menjadi sangat lambat. Hal ini membuat satu demi satu pelangganku tidak mau datang kembali. Jiwa muda ku pun tertantang. Dengan bantuan 2 orang rekanku, dan dengan tekad kuat. Kami membuat tas vinil namun dengan model dan kualitas yang berbeda. Untuk awal kami membual 27pcs dan kami beri nama tas bianglala. Setelah bersusah payah membuatnya, pasar yang semula kami kira akan appreciae terhadap produk kami ternyata melemah. Memang banyak yang bilang bagus dan menyukai produk itu namun sayangnya belum ada yang berminat untuk membeli. Semangat rekan – rekan ku agak mengendur.
Tidak hanya itu, ada seseorang yang berminat datang ke rumah produksi kami dan membeli tas dengan jumlah yang lumayan banyak namun ia ingin memilih dulu. Akhirnya kami memutuskan untuk membeli tas dari pengrajin tas vinil dalam jumlah yang cukup banyak sebagai stock. Namun hasilnya ternyata mengecewakan. Pembeli itu ternyata malah memesan beberapa produk tanpa menyentuh produk yang menjadi stock kami. Alhasil 30 tas vinil dan 18 tas bianglala terbengkalai menjad uang yang tidak berputar.
Cobaan awal sebagai pebisnis dan pengusaha. Hari ini disaat aku memutuskan untuk rehat sejenak, aku ambil beberapa stock dan merencakan akan menjualnya esok hari di Sunday Morning – semacam pasar murah yang ada di UGM dan hanya ada setiap minggu pagi. Ya... semoga usahaku esok hari membuahkan hasil.
Aku – Mahasiswa
Aku memang terlahir dengan otak yang bisa dibilang cukup cemerlang. Selama sekolah SD – SMP – SMA – hingga kuliah D3, aku tak pernah mendapatkan peringkat yang buruk. Sepertinya pendidikan dan ilmu memang sudah menjadi darah dagingku. Selesai pendidikan D3 aku pun langsung bercita – cita untuk meneruskan S1 selama menjalani kontrak 2 tahun. Aku mulai memilih bebrapa perguruan tinggi yang aku rasa cocok untukku. Hingga akhirnya aku memilih jurusan Teknik Lingkungan di salah satu PTS di kota Yogyakarta.
Namun perjuangan untuk masuk tidak semuadah yang dipikirkan. Saat ini ijasah D3 ku di tahan di PT saat aku kuliah di bogor dulu. Namun aku bersikeras ingin melanjutkan kuliah. Aku sering berdiskusi dengan ketua jurusa dan sekretaris jurusan Teknik Lingkungan entang apa yag menjadi pikiran ku, serta bagaimana kehidupan ku. Tampaknya beliau – beliau menyukaiku dan pemikiran ku. Setelah melewati tahapan panjang akhirnya aku diperbolehkan kuliah walau tidak menggunakan ijasah namun harus membuat surat pernyataan.
Belum genap 1 bulan aku menjadi mahasiswa, aku mulai bertingkah dengan mengikuti olimpiade kimia karena dinilai aku mampu ikut kegiatan itu. Selesai olimpiade kimia, debat bahasa inggris sudah menyambutku. Dan belum mulai latihan pertama debat bahasa inggris, aku sudah mendapatkan tanggung jawab untuk ikut program Mahasiswa Wirausaha Bina Desa (MAUBISA). Sebuah ide langsung muncul. Rencananya aku akan memasukkan sentra IKM yang aku dampingi untuk menjadi obje kegiata MAUBISA ini.
Pada awalnya aku ragu dengan persyaratannya minimal harus semester 4, padahal saat ini aku belum genap manjadi mahasiswa. Akhirnya adikku lah yang akan menjadi penggantiku sementara aku berperan di balik layar dan menjadi pihak IKM yang akan menjadi objek. Tim pun sudah terbentuk. Harapanku menyala sedemikian benderangnya pada kesuksesaan program ini karena jika berhasl memenanginya, IKM yang aku dampingi akan mendapatkan dana hibah untuk melaksanakan program MAUBISA yang juga merupakan program pemecahan masalah bagi IKM yang aku dampingi.
Itulah 3 lakon atau 3 peran yang saat ini aku jalani dalam 1 panggung kehidupan. Sebagai pegawai honor (tenaga penyuluh lapangan), sebagai pebisnis/pengusaha dan sebagai mahasiswa. Bagi ku waktu 24 jam dalam 1 hari rasanya sudah mulai kurang. Jika bisa, aku tentu akan bersedia membeli waktu orang – orang yang beruntung memiliki waktu luang. Terkadang aku juga mengalami saat – saat sulit dimana aku harus berada di dua tempat dalam waktu yang bersamaan. Tapi itu lah konsekuensinya. Aku sudah memperkirakan sebelumnya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar